BAB PUTRI YANG JAHIL (3)
“Hai, Putri,” sapa Pangeran Eric ceria.
“Sudah siap dengan petualangan untuk menghabiskan makanan ini,” beritahunya
sambil menunjuk jejeran piring-piring yang berisi kue-kue yang telah tertata
rapi dimeja.
Denise
mengangguk dengan riang. Entah kenapa setiap kali ia minum teh bersama Pangeran
Eric rasa makanan yang ia makan begitu berbeda. Semua jadi 100 kali lipat lebih
enak. Ia yang biasanya tak bernafsu makan bisa menghabiskan setengah hidangan
yang disajikan.
“Bagaimana
kalau kita mulai menu pertama kita dengan makan seekor ular hijau,” seru
Pangeran Eric sambil menunjuk kue berwarna hijauyang bentuknya
melingkar-lingkar seperti ular.
“Boleh,”
Denise mengangguk dengan antusias. Sementara dengan cekatan para pelayan
menuangkan kue-kue itu ke piring mereka masing-masing.
“Hmmmm.....,”
Pangeran Eric memejamkan matanya dengan puas. “Kue-kue disini selalu enak. Aku
harus mengucapkan terima kasih pada koki atas kelezatan kuenya.” sambil berkata
Pangeran Ericpun bangkit dari tempat duduknya diikuti Denise dengan mata yang
berbinar-binar gembira.
Seketika
itu Serena ikut bangkit ia ingin mencegah rencana Pangeran Eric serta Putri
Denise sebab baginya tak mungkin ia membiarkan mereka berdua pergi ke dapur
istana.
“Benar-benar
bencana!” gumam Serena panik.
Tapi
ketika ia berusaha menghalangi niat mereka ternyata pengawal Pangeran Eric
menentang maksudnya. Pengawal itu memegang tangannya erat-erat hingga Denise
yang melihatnya terkikik geli. Ia merasa sangat gembira inilah kesempatan
pertamanya pergi ke dapur istana. Entah bagaimana caranya rombongan itu bisa
tiba didapur tanpa tersesat.
“Tuan
Putri jangan ke dapur,” cegah Serena dengan memelas. Tangannya masih dipegang
oleh pengawal Pangeran Eric.
Tetapi Denise tidak menggubris larangan
itu ia malah cepat-cepat berlari dibelakang Paangeran Eric. Tentu saja seluruh
penghuni dapur langsung heboh dengan kadatangan mereka. Bahkan sang koki
tergopoh-gopoh mendatangi saat tahu bahwa mereka kedatangan Pangeran Eric serta
Putri Denise padahal saat itu ia hendak mengangkat kuenya dari panggangan.
Hampir saja kue itu menjadi gosong karena hampir semua perhatian tertuju pada kedatangan
rombongan kecil itu. Tapi untunglah pembantu koki yang sangat cekatan bisa
menyelamatkan kuenya.
masih bersambung lohhhh ya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar